Natuna, Kepripos.id – Pemkab Natuna mendapat penghargaan dan memperoleh Juara I Pengolahan Pangan Lokal dalam lomba pengolahan pangan dari bahan bakunya ikan yang diselenggara oleh BKKBN Pusat. Pengumuman pemenangnya secara virtual dari ruang rapat I Bupati Natuna, kamis (25/11/2021).
Pengentasan stunting merupakan salah satu sasaran dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Salah satu upaya pengentasan yang dilakukan oleh BKKBN yaitu lomba pengolahan bahan pangan sehat di seluruh Kota dan Kabupaten se Indonesia.
Kepala BKKBN pusat, Dr(H.C) dr. Hasto Hardoyo, Sp.OG (K) menyampaikan kepada pihak puskesmas jika menemukan kekurangan gizian bisa dilakukan pemberian makanan tambahan. Bila ditemukan gizi buruk, maka harus ditangani oleh dokter puskesmas.
Lanjutnya, Inovasi yang perlu dilakukan untuk pengentasan stunting adalah pensirnergian program dari Bapeda, Dinas Kesehatan IBA, IBI dan PPN dilakukan bersama.
Setelah penyerahan Anugerah Inovasi Cegah Stunting, Bupati Natuna Wan Siswandi secara virtual mengucapkan terimakasih kepada BKKBN yang telah memperhatikan Natuna di bidang kesehatan dan mengajak kepada masyarakat Natuna untuk selalu mengkonsumsi gizi seimbang, untuk Natuna tentu yang tonjolkan ikannya.
“ikan di Natuna cukup mudah didapati karna kita berada di Kepulauan yang kaya akan ikan, namun tubuh juga membutuhkan gizi yang seimbang dari unsur hayati dan nabati lainnya”, tambah Wan Sis
Oleh karenanya kita selaku Kepala Daerah perlu melakukan langkah yang sama dengan memperhatikan kearipan lokal guna pemenuhan gizi, guna mencapai zero stunting akan segera terwujud, tutup Sis.
Anugerah Inovasi Cegah Stunting dengan juara pertama diperoleh Kabupaten Natuna merupakan karya Suharimati bagian gizi Puskesmas Kecamatan Bunguran Selatan dengan dibantu oleh Posyandu, mengambil tema gasing permata ( Gerakan Pencegahan Stunting dengan Gemar Makan Ikan Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan).
Kepada Kepripos.id disampaikannya, Olahannya untuk pangan ibu hamil yang dikonsumsi ibu menyusui, ikannya bisa dibikin kernas atau pun naget dan lain laiinya, sementara anak usia 6-23 bulan diberikan bubur dari olahan beras, ikan, sayuran lokal seperti daun kelor.* ( Wahyudi)