*Pojok Pendidikan*
Orang tua dan anak anak saat ini menghadapi tantangan yang berat dalam menyikapi perkembangan teknologi informasi khususnya game yang sekarang banyak digandrungi anak anak. Persoalan akan terjadi ketika anak anak tidak dapat membagi waktu secara proporsional antara belajar dan bermain game.
Perintah daerah sudah mengatur jam wajib belajar malam, larangan dari orang tua seringkali tak mampu lagi menghentikan anak anak yang sudah terlanjur senang bermain game.
Untuk mengatasi hal tersebut tentu tidak cukup hanya dibebankan kepada orang tua saja dalam sebuah tanggung jawab, sebab anak anak itu sangat tergantung pada 3 hal yang mempengaruhi mereka. Paktor pertama pengaruh datang dari teman, kedua pengaruh bersumber dari lingkungan dan ketiga pengaruh dari sekolah.
Untuk lingkungan tentu peran pemerintah sangat diperlukan dalam hal pengawasan terhadap tempat tempat anak anak bermain game agar jangan sampai mereka lupa akan kewajibannya.
Kemudian peran orang tua sangat menentukan, orang tua perlu memenej anaknya setelah pulang dari sekolah, isilahlah waktu luangnya untuk mengikuti les dilembaga pendidikan yang mendukung pelajaran di sekolah, mengikuti sanggar seni dan olah raga, juga kegitan positif lainnya. Jika ini dilakukan tentu waktu untuk bermain game tidak punya ruang lagi.
Anak anak bermain game sampai kecanduan itu karena game membuat hati mereka senang. Maka belajar yang menyenangkan harus diciptakan untuk membuat anak anak tidak cepat bosan dalam belajar. Para pendamping belajar di lembaga bimbingan belajar tentu sudah memiliki keterampilan yang khusus untuk membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Selain itu pengajar di bimbingan belajar akan memandu, menjelaskan dan memahamkan sebuah konsep sampai warga belajar benar benar paham, sehingga merangsang mereka untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya.
Mengulangi pelajaran suatu hal yang sangat penting, karena dengan selalu mengulang ulang, siswa akan menjadi lebih paham. Hanya saja siswa perlu pendampingan agar yang kurang paham akan menjadi lebih paham karna selalu didampingi oleh pendampingnya.
Jika ini dilakukan secara terus menurus, tentu UAS BN ataupun Ujian Nasional tidak menjadi momok bagi siswa.
Investasi bernilai murah dibanding dengan apa yang bisa dicapai oleh siswa. Mawar itu berduri, namun ia ( mawar red ) sangat disenangi karna bau harumnya. Begitulah liku liku dan perjuangan orang tua melewati rintangan di zaman tecknologi ( game-red ) demi sebuah hati guna menggapai prestasi menuju hari esoknya yang lebih baik.**
Penulis : Sunarto, SH.
Responses (114)
Comments are closed.